Setelah menjalani puasa pada bulan Ramadhan, kini Umat Islam merayakan Lebaran 2021. Banyak aktifitas yang umumnya dilakukan ketika sedang merayakan hari raya Idul Fitri 1442 H atau 2021 M. Salah satunya melakukan silahturahmi dengan cara Halal Bihalal. Halal Bihalal adalah acara berkumpul bersama orang-orang terdekat atau yang dikenal di suatu tempat dan merayakan Idul Fitri 2021. Dalam kacamata Islam, halal bihalal bertujuan untuk menghormati sesama manusia dalam bingkai silaturahmi. Halal bihalal dilihat dari sisi silaturahmi dapat menjadi perantara untuk memperluas rezeki dan memperpanjang umur. Selama masa pandemi, agenda halal bihalal tentu tidak dapat berjalan seperti tahun sebelumnya. Harus memenuhi protokol kesehatan yang berlaku demi mencegah penyebaran virus.
Senin 17 Mei 2021 bertempat di Auditorium Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon berlangsung acara silaturahmi Halal bi halal Keluarga Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pada acara tersebut dihadiri oleh Dekan FITK Dr. H. Farihin, M.Pd, Wakil Dekan 1 Dr. H. Suteja, M.Pd, Wakil Dekan 2 Dr. H. Muslikhudin, M.Pd, Wakil Dekan 3 Dr. H. Saefudin, M.Ag, Ketua Jurusan & Sekretaris Jurusan, Kepala Lab. MIPA & Lab PPL serta Tenaga kependidikan di lingkungan FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Pada kesempatan ini Dekan FITK memberikan sambutannya diawali dengan asal mula istilah Halal bi halal. Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah. Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana.
Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara. Ia dimintai pendapat dan saran untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.
Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahmi. Momen silaturahmi itu disarankan bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara guna menghadiri silaturahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’. Momen ininpun akhirnya mampu membuat para elit politik untuk duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.
Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Tradisi halal bihalal kemudian berlanjut hingga hari ini.